Saturday, 1 August 2009

Air Mata Wanita



Suatu ketika, seorang anak bertanya
kepada ibunya, “Ibu, mengapa ibu menangis?”

Ibunya menjawab, “Sebab ibu adalah
perempuan, nak.” “Saya tak mengerti
ibu,” kata si anak. Ibunya hanya
tersenyum dan memeluknya erat. “Nak, kau
memang tak akan mengerti…”

Kemudian si anak bertanya kepada
ayahnya. “Ayah, mengapa ibu menangis?”
“Ibumu menangis tanpa sebab yang jelas,”
sang ayah menjawab. “Semua perempuan
memang sering menangis tanpa alasan.”

Si anak membesar menjadi remaja, dan dia
tetap terus bertanya-tanya, mengapa
perempuan menangis? Hingga pada suatu
malam, ia bermimpi dan bertanya kepada
Tuhan, “Ya Allah, mengapa perempuan
mudah menangis?” Dalam mimpinya ia
merasa seolah mendengar jawapannya:

“Saat Ku ciptakan wanita, Aku membuatnya
menjadi sangat utama. Kuciptakan
bahunya, agar mampu menahan seluruh
beban dunia dan isinya, walaupun juga
bahu itu harus cukup nyaman dan lembut
untuk menahan kepala bayi yang sedang
tertidur.

“Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat
melahirkan bayi dari rahimnya, walau
kerap berulangkali menerima cerca dari
si bayi itu apabila ia telah membesar.

“Kuberikan keperkasaan yang akan
membuatnya tetap bertahan, pantang
menyerah saat semua orang sudah putus asa.

“Ku berikan kesabaran jiwa untuk merawat
keluarganya walau dia sendiri letih,
walau sakit, walau penat, tanpa berkeluh
kesah.

“Kuberikan wanita perasaan peka dan
kasih sayang untuk mencintai semua
anaknya dalam kondisi dan situasi
apapun. Walau acapkali anak-anaknya itu
melukai perasaan dan hatinya. Perasaan
ini pula yang akan memberikan kehangatan
pada anak-anak yang mengantuk menahan
lelap. Sentuhan inilah yang akan
memberikan kenyamanan saat didekap
dengan lembut olehnya.

“Kuberikan wanita kekuatan untuk
membimbing suaminya melalui masa-masa
sulit dan menjadi pelindung baginya.
Sebab bukannya tulang rusuk yang
melindungi setiap hati dan jantung agar
tak terkoyak.

“Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan
kemampuan untuk memberikan pengertian
dan menyedarkan bahwa suami yang baik
adalah yang tak pernah melukai
isterinya. Walau seringkali pula
kebijaksanaan itu akan menguji setiap
kesetiaan yang diberikan kepada suami
agar tetap berdiri sejajar, saling
melengkapi dan saling menyayangi.

“Dan akhirnya, Kuberikan ia air mata,
agar dapat mencurahkan perasaannya.
Inilah yang khusus kepada wanita, agar
dapat ia gunakan bila masa pun ia
inginkan. Ini bukan kelemahan bagi
wanita, kerana sebenarnya air mata ini
adalah “air mata kehidupan."

0 comments:

Post a Comment